Artikel ini membahas kiprah Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya yang baru. Rizal Ramli dikenal dengan gaya kritiknya yang blak-blakan atau disebut "Jurus Rajawali Ngepret" sebagai upaya shock therapy untuk memecah kebuntuan dan mempercepat perubahan. Artikel ini merinci kritik Rizal Ramli terhadap beberapa rencana pemerintah, seperti pembelian pesawat Airbus A…
Artikel ini membahas mengenai kegelisahan Dr. Rizal Ramli terhadap kondisi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla setelah tiga tahun menjabat. Rizal Ramli menawarkan konsep "Jalan Baru" sebagai solusi untuk membawa Indonesia keluar dari krisis dan kemiskinan, yang dideklarasikan melalui Komite Bangkit Indonesia. "Jalan Baru" diartikan sebagai jalan anti-neokolonialisme dan kemandiria…
Dokumen ini membahas peran Indonesia dalam G20, sebuah forum yang terdiri dari para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 19 negara dan Uni Eropa. G20 dibentuk pada tahun 1999 dan para Kepala Negara/Pemerintahan G20 pertama kali bertemu pada tahun 2008 sebagai respons terhadap krisis keuangan 2008 dan pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia. Dokumen ini menyoroti bahwa G20 adalah organisa…
Artikel ini membahas kegagalan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) dalam mencapai delapan target di bidang ekonomi sepanjang tahun 2007, menurut Tim Indonesia Bangkit (TIB) dan Rizal Ramli. Kegagalan tersebut mencakup penggunaan APBN sebagai stimulus ekonomi, penurunan produksi minyak, kesejahteraan rakyat, kenaikan harga kebutuhan pokok, deindustrialisasi, janji se…
Artikel ini membahas kinerja makroekonomi Indonesia pada tahun 2007 yang dianggap lumayan baik, terutama karena peningkatan ekspor dan aliran modal spekulatif. Namun, penulis menyoroti pembentukan "balon finansial" yang diperkirakan akan semakin membesar pada tahun 2008, dengan kesenjangan yang melebar antara sektor finansial dan sektor riil. Artikel ini juga membahas kemungkinan resesi di Amer…
Artikel ini membahas dugaan kesulitan yang dihadapi sejumlah pengusaha besar dalam memperpanjang utang luar negeri mereka, terutama setelah kemerosotan nilai tukar rupiah dan krisis valuta asing. Beban ini sangat dirasakan oleh peminjam yang tidak melakukan hedging. Penjadwalan kembali utang menjadi pilihan utama, namun tergantung pada kesediaan pemberi pinjaman. Artikel ini juga menyoroti kekh…
Artikel ini membahas analisis dan proyeksi ekonomi Indonesia tahun 1996 oleh ECONIT Advisory Group. Mereka meramalkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,3%, namun dengan "awan mendung" berupa defisit transaksi berjalan yang tinggi dan inflasi. Artikel ini juga menyoroti bahaya "angin Taifun" (gejolak finansial global) dan pentingnya pengelolaan ekonomi yang konservatif. Pembahasan juga menyentuh kon…
Dokumen ini mengusulkan "Skenario Indonesia bangkit" yang berisi 15 langkah strategis untuk pemulihan ekonomi, terdiri dari 7 langkah jangka pendek dan 8 langkah jangka panjang. Langkah pertama yang disarankan adalah mengakhiri program Dana Moneter Internasional (IMF) karena dampaknya yang negatif terhadap kebangkrutan usaha, perbankan nasional, dan peningkatan utang. Dokumen ini juga mengusulk…
Artikel ini membahas tiga tantangan utama yang dihadapi Indonesia setelah era Orde Baru: transisi menuju demokrasi, pemulihan ekonomi, dan implementasi desentralisasi. Dokumen ini menyoroti bahwa meskipun ekonomi menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada tahun 2000, masih ada kelemahan yang perlu ditangani, terutama nilai tukar rupiah yang lemah dan kenaikan suku bunga. Rizal Ramli berpendapat bah…
Dokumen ini menyajikan perbandingan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Rancangan Perubahan APBN untuk tahun anggaran 1998/1999. Dokumen ini memuat detail penerimaan dan pengeluaran, termasuk penerimaan dalam negeri (migas dan non-migas) serta pengeluaran rutin dan pembangunan, yang dibagi berdasarkan sektor dan subsektor.
Artikel ini membahas merosotnya nilai tukar rupiah dan kebijakan moneter yang dinilai tidak efektif dan berpotensi menjadi "bom waktu" bagi ekonomi masyarakat. Krisis likuiditas yang terjadi menyebabkan bank-bank kesulitan dan bunga pinjaman melonjak tajam. Krisis ini juga dipicu oleh kebijakan yang terkesan panik dari otoritas moneter.
Jajak pendapat ini menunjukkan bahwa setelah 18 bulan pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, publik semakin tidak puas dengan kinerjanya. Ketidakpuasan ini dominan dalam mengatasi masalah ekonomi, politik, dan penegakan hukum. Secara spesifik, 93 persen responden tidak puas dengan penanganan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sementara itu, 90 persen responden tidak puas dengan …
Artikel ini melaporkan pembentukan Komite Bangkit Indonesia (KBI) di Jawa Timur, yang dipimpin oleh Rizal Ramli. Tujuannya adalah untuk menyadarkan masyarakat akan kegagalan pembangunan selama 40 tahun terakhir dan pentingnya menemukan jalan baru menuju kemakmuran. Rizal Ramli juga menyerukan pentingnya memilih pemimpin yang peduli dengan rakyat dan mengkritik karakter pemimpin yang masih feoda…
Artikel ini membahas sosok Rizal Ramli, yang meskipun populer di dalam negeri, masih dinilai keliru oleh sebagian elite ekonomi sebagai figur anti-pasar dan inward looking. Dokumen ini membuktikan sebaliknya dengan menunjukkan partisipasinya dalam The United Nation's Second Advisory Panel Meeting di New York dan Washington DC pada Juni 2012, di mana ia akan memaparkan enam makalah. Sebagai pena…
Artikel ini berisi pandangan Rizal Ramli mengenai kondisi ekonomi Indonesia. Ia memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami titik balik kebangkitan pada semester pertama 2006, namun ternyata prediksinya meleset. Ia mengkritik tim ekonomi pemerintahan yang dinilainya terlalu fokus pada indikator finansial dan mengabaikan sektor riil. Akibatnya, terjadi kelumpuhan pemerintahan (governmen…
Artikel ini berpendapat bahwa target infrastruktur pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak realistis dan persiapannya tidak memadai. Enam bulan setelah acara "Infrastructure Summit" pada Januari 2005, belum ada satu pun proyek infrastruktur yang dilaksanakan. Tim Ekonomi kabinet dinilai gagal memahami masalah riil dalam pembangunan infrastruktur. Penulis mengkritik target pembangunan …
Dokumen ini berpendapat bahwa pemulihan krisis ekonomi di Indonesia pasca-Soeharto membutuhkan pemimpin yang kredibel dan dipercaya, baik di dalam maupun luar negeri. Pemerintah Habibie dinilai sebagai "merek baru dengan barang lama" karena tim ekonominya berasal dari era Soeharto, sehingga tidak ada terobosan baru yang inovatif. Krisis ekonomi saat itu semakin memburuk, dibuktikan dengan kurs …
Artikel ini melaporkan bahwa data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang penurunan pengangguran dinilai janggal oleh Tim Indonesia Bangkit (TIB). TIB berpendapat bahwa penurunan tingkat pengangguran terbuka yang diumumkan BPS tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat. Kejanggalan ini, menurut TIB, disebabkan oleh peningkatan drastis pada rasio penciptaan lapangan kerja, peningkatan jumlah pekerja…
Dokumen ini berisi lampiran-lampiran terkait pemulihan PT PLN, termasuk opsi-opsi pemulihan (restrukturisasi utang dan/atau revaluasi aset), surat undangan rapat terbatas dari Sekretariat Wakil Presiden mengenai kebijakan pemulihan PT PLN, surat Menteri Keuangan tentang restrukturisasi utang SLA PT (Persero) PLN, laporan Tim Keppres 133/2000 tentang perkembangan hasil renegosiasi kontrak khusus…
Dokumen ini merupakan studi kasus mengenai rancangan kebijakan ekonomi internasional untuk negara berkembang, dengan fokus pada Kolombia. Studi ini menganalisis permasalahan ekonomi Kolombia seperti penurunan pertumbuhan PDB, kesulitan impor, kapasitas berlebih, pengangguran tinggi, dan masalah neraca pembayaran. Tim studi mengembangkan kebijakan promosi ekspor dengan menganalisis sektor-sektor…
Dokumen ini merinci perjalanan dan kebijakan Rizal Ramli selama menjabat di pemerintahan Indonesia dari tahun 2000 hingga 2001, meliputi posisinya sebagai Kepala Bulog, Sekretaris Tim Monitoring Program Percepatan Pemulihan Ekonomi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), dan Ketua Tim Keppres 133, hingga Menteri Keuangan. Dokumen ini menyoroti be…
Ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara maju (OECD) relatif cukup tinggi terutama dalam arus perdagangan, investasi (langsung maupun portfolio) dan utang (pemerintah dan swasta). Di tahun 1996, pada saat pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD mengalami perbaikan dan dalam kondisi lingkungan internasional yang umumnya menguntungkan (favourable), Indonesia ternyata tidak mampu menarik …
Paper yang menjadi Kata Pengantar untuk buku "Globalisasi Menghempas Indonesia" (LP3ES, 2006). Pada Kata Pengantar ini penulis memaparkan berbagai mitos dan kegagalan program IMF di Indonesia. Mitos bahwa IMF sebagai dewa penyelamat ekonomi, ternyata adalah dewa amputasi ekonomi di mana biaya amputasinya itu dibebankan kepada negara yang menjadi pasien IMF.
Wawancara wartawan "Suara Pembaruan" dengan Dr. Rizal Ramli yang membahas kondisi ekonomi pada masa Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Paper hasil diskusi dan perumusan Indonesia Bangkit pasca-IMF. Pada diskusi ini dirumuskanlah Skenario Indonesia Bangkit pasca-IMF. Berbagai terobosan yang dirumuskan dalam skenario ini merupakan alternatif untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Piagam ucapan terima kasih dan penghargaan untuk Dr. Rizal Ramli yang ikut serta memeriahkan Lustrum ke-8 Fakultas Ekonomi UGM sebagai pemakalah.
Pointer pidato dalam Konbes NU
Paper yang berisi tentang evaluasi terhadap paket-paket kebijakan ekonomiyang dikeluarkan oleh Menko Budiono. Dari evaluasi yang mendalam, maka dapat disebutkan bahwa paket-paket kebijakan ekonomi tersebut nyaring bunyinya, tetapi kosong isinya. Dari berbagai evaluasi tersebut di atas, menjadi sangat jelas kemudian, mengapa janji dan program ekonomi SBY-JK yang ambisius, tetapi achievable, tern…
Paper yang membahas Overview Ekonomi Indonesia 2019
Paper yang membahas optimisme pemerintah dalam perbaikan ekonomi nasional. Menurut penulis, optimisme tersebut harus dilaksanakan dengan terlebih dahulu memperhatikan indikator-indikator makroekonomi sehingga optimisme itu menjadi terukur dan tidak over.