document online (PDF)
Obligasi Global Bebani Anggaran
Artikel ini membahas langkah pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi internasional senilai USD2 miliar yang dinilai membebani anggaran negara karena memiliki imbal hasil (yield) yang sangat tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam 10 tahun terakhir. Rizal Ramli dari Econit Advisory mengkritik yield obligasi yang terlalu tinggi dan bertentangan dengan tren penurunan suku bunga The Fed serta klaim pemerintah tentang perekonomian yang baik. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, menjelaskan penerbitan obligasi dalam situasi pasar global yang sulit akibat krisis subprime mortgage, melemahnya dolar AS, dan tingginya harga minyak dunia. Obligasi dibagi menjadi Indo-18 (jatuh tempo 2018, yield 6,95%) dan Indo-38 (jatuh tempo 2038, yield 7,74%), masing-masing senilai USD1 miliar dengan over-subscription 1,5 kali. Distribusi obligasi didominasi oleh investor di AS dan Eropa. Analis BNI Securities, Dian A Hakim, berpendapat tingginya yield ini merupakan imbas dari peringkat negara Indonesia yakni DDD minus, yang jauh di bawah investment grade, sehingga pemerintah harus menawarkan bunga tinggi untuk menarik investor.
Tidak tersedia versi lain